Chelsea menang telak 4-0 atas Southampton di laga Premier League, namun kemenangan tersebut dibayangi oleh gelombang protes besar dari para pendukung setia The Blues. Aksi unjuk rasa terjadi di luar Stamford Bridge, mengecam kepemimpinan Todd Boehly dan Clearlake Capital serta kebijakan transfer klub yang dianggap gagal membuahkan hasil maksimal.
Empat gol yang dicetak Christopher Nkunku, Pedro Neto, Levy Colwill, dan Marc Cucurella tak mampu meredam amarah para fans. Mereka merasa investasi besar yang telah digelontorkan tak sebanding dengan prestasi yang diraih. Chelsea masih jauh dari persaingan gelar juara, dan penampilan tim yang inkonsisten semakin menambah kekecewaan.
Para pendukung mengecam kebijakan transfer yang dinilai boros, mengeluarkan miliaran poundsterling namun banyak pemain baru yang tak mampu berkontribusi signifikan. Spanduk protes yang bertebaran menunjukkan kegeraman mereka, salah satunya bertuliskan “Kami menginginkan kalian pergi karena kejahatan terhadap Chelsea.” Hal ini menunjukkan betapa dalamnya rasa frustrasi fans terhadap kepemimpinan saat ini.
Kepemimpinan Boehly-Clearlake menjadi sorotan utama. Banyak yang mempertanyakan kemampuan mereka dalam mengelola klub sebesar Chelsea, khususnya dalam hal strategi transfer pemain. Sejumlah analis sepak bola juga menyinggung kebijakan penjualan pemain muda berbakat dari akademi untuk menyeimbangkan keuangan klub.
Di tengah protes tersebut, kenangan era Roman Abramovich pun muncul kembali. Di bawah kepemimpinan Abramovich, Chelsea menjelma menjadi kekuatan besar di Liga Inggris dan Eropa, sebuah kontras tajam dengan situasi saat ini. Para suporter merindukan masa kejayaan tersebut dan menginginkan perubahan signifikan dalam manajemen klub agar Chelsea dapat kembali bersaing di level tertinggi.
Chelsea menang telak 4-0 atas Southampton di laga Premier League, namun kemenangan tersebut dibayangi oleh gelombang protes besar dari para pendukung setia The Blues. Aksi unjuk rasa terjadi di luar Stamford Bridge, mengecam kepemimpinan Todd Boehly dan Clearlake Capital serta kebijakan transfer klub yang dianggap gagal membuahkan hasil maksimal.
Empat gol yang dicetak Christopher Nkunku, Pedro Neto, Levy Colwill, dan Marc Cucurella tak mampu meredam amarah para fans. Mereka merasa investasi besar yang telah digelontorkan tak sebanding dengan prestasi yang diraih. Chelsea masih jauh dari persaingan gelar juara, dan penampilan tim yang inkonsisten semakin menambah kekecewaan.
Para pendukung mengecam kebijakan transfer yang dinilai boros, mengeluarkan miliaran poundsterling namun banyak pemain baru yang tak mampu berkontribusi signifikan. Spanduk protes yang bertebaran menunjukkan kegeraman mereka, salah satunya bertuliskan “Kami menginginkan kalian pergi karena kejahatan terhadap Chelsea.” Hal ini menunjukkan betapa dalamnya rasa frustrasi fans terhadap kepemimpinan saat ini.
Kepemimpinan Boehly-Clearlake menjadi sorotan utama. Banyak yang mempertanyakan kemampuan mereka dalam mengelola klub sebesar Chelsea, khususnya dalam hal strategi transfer pemain. Sejumlah analis sepak bola juga menyinggung kebijakan penjualan pemain muda berbakat dari akademi untuk menyeimbangkan keuangan klub.
Di tengah protes tersebut, kenangan era Roman Abramovich pun muncul kembali. Di bawah kepemimpinan Abramovich, Chelsea menjelma menjadi kekuatan besar di Liga Inggris dan Eropa, sebuah kontras tajam dengan situasi saat ini. Para suporter merindukan masa kejayaan tersebut dan menginginkan perubahan signifikan dalam manajemen klub agar Chelsea dapat kembali bersaing di level tertinggi.