Jordi Cruyff, penasihat teknis Timnas Indonesia yang namanya cukup dikenal di dunia sepak bola, ternyata menyimpan penyesalan mendalam akan satu periode dalam kariernya. Putra legenda Johan Cruyff ini mengakui bahwa keputusannya bergabung dengan Manchester United adalah sebuah kesalahan.
Perjalanan kariernya yang gemilang, meliputi klub-klub besar seperti Barcelona dan Alavés, serta raihan sembilan caps untuk tim nasional Belanda, tidak mampu menutupi kekecewaannya terhadap masa-masa yang ia habiskan di Old Trafford. Cruyff, yang bermain sebagai gelandang serang, mengatakan bahwa saat itu ia belum cukup matang untuk menghadapi tantangan bermain di klub sebesar Manchester United. Ia merasa usia dan pengalamannya belum cukup untuk menghadapi tekanan dan tuntutan di level tersebut.
Kesulitan adaptasi menjadi kendala utama. Tidak hanya perbedaan budaya dan gaya hidup di Inggris yang harus dihadapinya, tetapi juga intensitas latihan dan persaingan yang sangat ketat. Ia bahkan menyebutkan kesulitan menyesuaikan diri dengan dinamika kota Manchester.
Lebih menyakitkan lagi, cedera beruntun menghambat penampilannya. Kondisi fisik yang terus menerus mengalami masalah ini membuatnya sulit untuk bersaing dengan pemain lain, terutama dengan Ryan Giggs. Kesempatan untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya pun menjadi sangat terbatas, sehingga ia gagal memikat hati Sir Alex Ferguson.
Hasilnya, Cruyff hanya mampu tampil dalam 58 laga selama empat musim di Manchester United, mencetak 8 gol. Meskipun demikian, ia masih berhasil meraih tiga gelar Premier League, satu Piala FA dan satu Liga Champions. Prestasi tersebut tidak cukup menghapus rasa penyesalannya atas masa baktinya yang kurang maksimal di klub raksasa Inggris itu.
Setelah masa peminjaman di Celta Vigo, petualangannya di Manchester United pun berakhir pada tahun 1999. Meski telah bertahun-tahun berlalu, pengalaman pahit tersebut masih membekas di ingatan Jordi Cruyff. Kini, ia berharap dapat menularkan pengalamannya dan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sepak bola Indonesia.
Jordi Cruyff, penasihat teknis Timnas Indonesia yang namanya cukup dikenal di dunia sepak bola, ternyata menyimpan penyesalan mendalam akan satu periode dalam kariernya. Putra legenda Johan Cruyff ini mengakui bahwa keputusannya bergabung dengan Manchester United adalah sebuah kesalahan.
Perjalanan kariernya yang gemilang, meliputi klub-klub besar seperti Barcelona dan Alavés, serta raihan sembilan caps untuk tim nasional Belanda, tidak mampu menutupi kekecewaannya terhadap masa-masa yang ia habiskan di Old Trafford. Cruyff, yang bermain sebagai gelandang serang, mengatakan bahwa saat itu ia belum cukup matang untuk menghadapi tantangan bermain di klub sebesar Manchester United. Ia merasa usia dan pengalamannya belum cukup untuk menghadapi tekanan dan tuntutan di level tersebut.
Kesulitan adaptasi menjadi kendala utama. Tidak hanya perbedaan budaya dan gaya hidup di Inggris yang harus dihadapinya, tetapi juga intensitas latihan dan persaingan yang sangat ketat. Ia bahkan menyebutkan kesulitan menyesuaikan diri dengan dinamika kota Manchester.
Lebih menyakitkan lagi, cedera beruntun menghambat penampilannya. Kondisi fisik yang terus menerus mengalami masalah ini membuatnya sulit untuk bersaing dengan pemain lain, terutama dengan Ryan Giggs. Kesempatan untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya pun menjadi sangat terbatas, sehingga ia gagal memikat hati Sir Alex Ferguson.
Hasilnya, Cruyff hanya mampu tampil dalam 58 laga selama empat musim di Manchester United, mencetak 8 gol. Meskipun demikian, ia masih berhasil meraih tiga gelar Premier League, satu Piala FA dan satu Liga Champions. Prestasi tersebut tidak cukup menghapus rasa penyesalannya atas masa baktinya yang kurang maksimal di klub raksasa Inggris itu.
Setelah masa peminjaman di Celta Vigo, petualangannya di Manchester United pun berakhir pada tahun 1999. Meski telah bertahun-tahun berlalu, pengalaman pahit tersebut masih membekas di ingatan Jordi Cruyff. Kini, ia berharap dapat menularkan pengalamannya dan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sepak bola Indonesia.