Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
BeritaBerita Utama

Gagal di Piala Asia U-20 2025: Persiapan Panjang Timnas Indonesia U-20 Sia-sia?

×

Gagal di Piala Asia U-20 2025: Persiapan Panjang Timnas Indonesia U-20 Sia-sia?

Share this article
Example 468x60

Timnas Indonesia U-20 harus mengakui kegagalannya di Piala Asia U-20 2025 setelah hanya mampu bertahan di fase grup. Skuad Garuda Muda mengakhiri perjuangan mereka di peringkat ketiga Grup C dengan raihan satu poin saja. Kekalahan telak 0-3 dari Iran dan 1-3 dari Uzbekistan, serta hasil imbang 0-0 melawan Yaman, menjadi catatan pahit perjalanan mereka di turnamen tersebut. Kegagalan ini otomatis juga mengubur mimpi Indonesia untuk tampil di Piala Dunia U-20 2025.

Banyak pihak mempertanyakan efektifitas persiapan panjang yang telah dijalani timnas U-20. Indra Sjafri dan anak asuhnya telah menjalani berbagai pemusatan latihan (TC), mengikuti turnamen internasional, dan melewati babak kualifikasi sebelum akhirnya mencapai putaran final Piala Asia U-20. Namun, pertanyaan besar muncul: apakah persiapan yang hampir satu tahun tersebut sudah optimal?

Example 300x600

Vennard Hutabarat, mantan pemain nasional sekaligus pengamat sepak bola, menyoroti pentingnya “jam terbang” dibandingkan durasi TC yang panjang. Menurutnya, TC yang berbulan-bulan justru bisa menimbulkan kebosanan dan kurang efektif jika tidak diimbangi dengan pertandingan sesungguhnya. Ia menekankan pentingnya kompetisi berjenjang yang konsisten memberikan kesempatan bagi pemain muda untuk mengasah kemampuan di lapangan. Lebih lanjut, Veve (sapaan akrab Vennard) menyarankan agar regulasi Liga 1 yang mewajibkan klub memainkan pemain U-20 diperketat pelaksanaannya, sehingga pemain muda mendapatkan kesempatan bermain yang cukup untuk meningkatkan kemampuan dan mental bertanding.

Sayangnya, belum semua klub Liga 1 mampu memenuhi regulasi tersebut, sebagian besar karena minimnya pembinaan pemain muda yang berkelanjutan. Veve mencontohkan Persija dan Persib sebagai klub yang memiliki pembinaan pemain muda yang baik, seraya menyayangkan klub lain yang belum memiliki sistem pembinaan yang mumpuni. Akibatnya, banyak pemain muda yang kurang mendapat jam terbang dan mental bertanding mereka menjadi lemah.

Veve juga menyinggung pentingnya mentalitas bertanding. Ia membandingkan mental pemain diaspora Indonesia yang berkiprah di Eropa, seperti Jay Idzes, dengan pemain lokal. Pemain diaspora menunjukkan ketenangan dan mental yang lebih matang di lapangan, sesuatu yang perlu dipelajari oleh para pemain muda Indonesia. Meski demikian, Veve juga memuji potensi beberapa pemain U-20 seperti Dony Tri, Kadek Arel, Ikram, dan Toni Firmansyah yang tampil menonjol dan berpotensi besar untuk naik ke level senior.

Intinya, kegagalan Timnas Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 2025 bukan hanya soal kurangnya persiapan, tetapi juga masalah sistem pembinaan pemain muda yang belum merata dan konsisten di level klub. Perlu ada evaluasi menyeluruh dan perbaikan sistem agar potensi pemain muda Indonesia bisa berkembang optimal dan meraih prestasi di kancah internasional.

Timnas Indonesia U-20 harus mengakui kegagalannya di Piala Asia U-20 2025 setelah hanya mampu bertahan di fase grup. Skuad Garuda Muda mengakhiri perjuangan mereka di peringkat ketiga Grup C dengan raihan satu poin saja. Kekalahan telak 0-3 dari Iran dan 1-3 dari Uzbekistan, serta hasil imbang 0-0 melawan Yaman, menjadi catatan pahit perjalanan mereka di turnamen tersebut. Kegagalan ini otomatis juga mengubur mimpi Indonesia untuk tampil di Piala Dunia U-20 2025.

Banyak pihak mempertanyakan efektifitas persiapan panjang yang telah dijalani timnas U-20. Indra Sjafri dan anak asuhnya telah menjalani berbagai pemusatan latihan (TC), mengikuti turnamen internasional, dan melewati babak kualifikasi sebelum akhirnya mencapai putaran final Piala Asia U-20. Namun, pertanyaan besar muncul: apakah persiapan yang hampir satu tahun tersebut sudah optimal?

Vennard Hutabarat, mantan pemain nasional sekaligus pengamat sepak bola, menyoroti pentingnya “jam terbang” dibandingkan durasi TC yang panjang. Menurutnya, TC yang berbulan-bulan justru bisa menimbulkan kebosanan dan kurang efektif jika tidak diimbangi dengan pertandingan sesungguhnya. Ia menekankan pentingnya kompetisi berjenjang yang konsisten memberikan kesempatan bagi pemain muda untuk mengasah kemampuan di lapangan. Lebih lanjut, Veve (sapaan akrab Vennard) menyarankan agar regulasi Liga 1 yang mewajibkan klub memainkan pemain U-20 diperketat pelaksanaannya, sehingga pemain muda mendapatkan kesempatan bermain yang cukup untuk meningkatkan kemampuan dan mental bertanding.

Sayangnya, belum semua klub Liga 1 mampu memenuhi regulasi tersebut, sebagian besar karena minimnya pembinaan pemain muda yang berkelanjutan. Veve mencontohkan Persija dan Persib sebagai klub yang memiliki pembinaan pemain muda yang baik, seraya menyayangkan klub lain yang belum memiliki sistem pembinaan yang mumpuni. Akibatnya, banyak pemain muda yang kurang mendapat jam terbang dan mental bertanding mereka menjadi lemah.

Veve juga menyinggung pentingnya mentalitas bertanding. Ia membandingkan mental pemain diaspora Indonesia yang berkiprah di Eropa, seperti Jay Idzes, dengan pemain lokal. Pemain diaspora menunjukkan ketenangan dan mental yang lebih matang di lapangan, sesuatu yang perlu dipelajari oleh para pemain muda Indonesia. Meski demikian, Veve juga memuji potensi beberapa pemain U-20 seperti Dony Tri, Kadek Arel, Ikram, dan Toni Firmansyah yang tampil menonjol dan berpotensi besar untuk naik ke level senior.

Intinya, kegagalan Timnas Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 2025 bukan hanya soal kurangnya persiapan, tetapi juga masalah sistem pembinaan pemain muda yang belum merata dan konsisten di level klub. Perlu ada evaluasi menyeluruh dan perbaikan sistem agar potensi pemain muda Indonesia bisa berkembang optimal dan meraih prestasi di kancah internasional.

Sumber : https://www.bola.com/indonesia/read/5929176/tak-perlu-tc-panjang-kompetisi-berjenjang-kudu-dibenahi-biar-timnas-indonesia-kelompok-umur-gacor-di-level-tiinggi

Example 300250
Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *