Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
BeritaBerita Utama

Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia: Harapan Tinggi, Realita Minim

×

Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia: Harapan Tinggi, Realita Minim

Share this article
Example 468x60

Program naturalisasi pemain sepak bola di Indonesia telah berjalan bertahun-tahun, dengan tujuan memperkuat Tim Nasional Garuda. Dari sekian banyak pemain yang dinaturalisasi, beberapa di antaranya justru tampil kurang maksimal dibandingkan performa mereka di klub. Artikel ini akan membahas beberapa kasus pemain naturalisasi yang kinerja di Timnas Indonesia jauh di bawah ekspektasi.

Naturalisasi, baik dengan memberikan status Warga Negara Indonesia (WNI) kepada pemain keturunan maupun kepada pemain asing berprestasi di Liga Indonesia, tetap menjadi strategi andalan PSSI. Meskipun mayoritas pemain Timnas saat ini memiliki darah Eropa, terutama Belanda, tak semua pemain naturalisasi mampu memenuhi harapan.

Example 300x600

Beberapa nama pemain naturalisasi yang prestasinya di Timnas terbilang mengecewakan, antara lain:

Victor Igbonefo: Bek tangguh yang telah meraih empat gelar juara liga di Indonesia dan masih aktif di level tertinggi bersama Persib Bandung di usia hampir 40 tahun. Namun, kontribusinya bagi Timnas Indonesia terbatas hanya 14 penampilan. Prestasi di level klubnya yang gemilang tak berbanding lurus dengan kiprahnya di Tim Garuda.

Greg Nwokolo: Winger cepat dan skillful yang pernah membela klub-klub besar Indonesia seperti Persija Jakarta dan Arema FC. Harapan tinggi terhadapnya setelah dinaturalisasi sayangnya tak terwujud. Ia hanya mencatatkan 8 caps dan 2 gol untuk Timnas Indonesia, sebuah angka yang minim mengingat potensinya.

Osas Saha: Panggilannya ke Timnas Indonesia pada 2018 sempat menimbulkan pertanyaan mengingat penampilannya yang kurang menonjol di Liga Indonesia. Hal ini terbukti dengan jumlah caps-nya yang hanya dua, dan momen penalti gagal yang tak terlupakan dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 melawan Malaysia.

Otavio Dutra: Bek legendaris di Liga Indonesia dengan segudang pengalaman dan gelar juara. Naturalisasinya pada 2018 dianggap sudah terlambat mengingat usianya yang mulai menua. Akibatnya, ia hanya menorehkan 2 caps untuk Timnas Indonesia.

Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa meskipun memiliki karier gemilang di klub-klub Indonesia, tak semua pemain naturalisasi mampu memberikan dampak yang signifikan bagi Tim Nasional. Faktor usia, kesempatan bermain, hingga kecocokan strategi tim, mungkin menjadi beberapa alasan di balik performa yang kurang memuaskan ini. Ke depannya, PSSI perlu melakukan seleksi yang lebih ketat dan cermat dalam program naturalisasi agar investasi yang dilakukan benar-benar memberikan hasil optimal bagi Timnas Indonesia.

Program naturalisasi pemain sepak bola di Indonesia telah berjalan bertahun-tahun, dengan tujuan memperkuat Tim Nasional Garuda. Dari sekian banyak pemain yang dinaturalisasi, beberapa di antaranya justru tampil kurang maksimal dibandingkan performa mereka di klub. Artikel ini akan membahas beberapa kasus pemain naturalisasi yang kinerja di Timnas Indonesia jauh di bawah ekspektasi.

Naturalisasi, baik dengan memberikan status Warga Negara Indonesia (WNI) kepada pemain keturunan maupun kepada pemain asing berprestasi di Liga Indonesia, tetap menjadi strategi andalan PSSI. Meskipun mayoritas pemain Timnas saat ini memiliki darah Eropa, terutama Belanda, tak semua pemain naturalisasi mampu memenuhi harapan.

Beberapa nama pemain naturalisasi yang prestasinya di Timnas terbilang mengecewakan, antara lain:

Victor Igbonefo: Bek tangguh yang telah meraih empat gelar juara liga di Indonesia dan masih aktif di level tertinggi bersama Persib Bandung di usia hampir 40 tahun. Namun, kontribusinya bagi Timnas Indonesia terbatas hanya 14 penampilan. Prestasi di level klubnya yang gemilang tak berbanding lurus dengan kiprahnya di Tim Garuda.

Greg Nwokolo: Winger cepat dan skillful yang pernah membela klub-klub besar Indonesia seperti Persija Jakarta dan Arema FC. Harapan tinggi terhadapnya setelah dinaturalisasi sayangnya tak terwujud. Ia hanya mencatatkan 8 caps dan 2 gol untuk Timnas Indonesia, sebuah angka yang minim mengingat potensinya.

Osas Saha: Panggilannya ke Timnas Indonesia pada 2018 sempat menimbulkan pertanyaan mengingat penampilannya yang kurang menonjol di Liga Indonesia. Hal ini terbukti dengan jumlah caps-nya yang hanya dua, dan momen penalti gagal yang tak terlupakan dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 melawan Malaysia.

Otavio Dutra: Bek legendaris di Liga Indonesia dengan segudang pengalaman dan gelar juara. Naturalisasinya pada 2018 dianggap sudah terlambat mengingat usianya yang mulai menua. Akibatnya, ia hanya menorehkan 2 caps untuk Timnas Indonesia.

Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa meskipun memiliki karier gemilang di klub-klub Indonesia, tak semua pemain naturalisasi mampu memberikan dampak yang signifikan bagi Tim Nasional. Faktor usia, kesempatan bermain, hingga kecocokan strategi tim, mungkin menjadi beberapa alasan di balik performa yang kurang memuaskan ini. Ke depannya, PSSI perlu melakukan seleksi yang lebih ketat dan cermat dalam program naturalisasi agar investasi yang dilakukan benar-benar memberikan hasil optimal bagi Timnas Indonesia.

Sumber : https://www.bola.com/indonesia/read/5921883/deretan-pemain-top-liga-indonesia-yang-dinaturalisasi-tapi-biasa-saja-di-timnas-andalan-klub-minim-caps-di-tim-garuda

Example 300250
Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *